FPRM News – Puluhan massa Front Politik Rakyat Miskin (FPRM) Sulteng melakukan aksi peringatan hari Anti Korupsi se-dunia di depan gedung DPRD Sulteng pada hari Rabu (09/12) lalu. Massa aksi menuntut penuntasan semua kasus di Indonesia secara transparan dan partisipatif. Menurut mereka rezim SBY-Budiono dan elit-elit politik di parlemen maupun di yudikatif tidak mampu menutaskan kasus korupsi yang terjadi karena lemahnya tenaga produktif dan tingginya budaya konsumerisme.
“Korupsi terjadi akibat kebijakan-kebijakan neoliberalisme yang setia dijalankan oleh rezim SBY-Budiono yang telah menghancurkan tenaga produktif rakyat. Sistem kapitalisme menghegemoni rakyat untuk terus membeli barang sementara negara tidak mampu untuk menciptakan industri nasional. Penuntasan kasus-kasus korupsi selalu dilakukan dengan sistem tebang pilih yang hanya menyeret koruptor kelas teri, tapi semisal kasus BLBI dan korupsi kroni Soeharto tidak terungkap,” tegas Taufik, korlap aksi.Menurutnya lagi, saat ini rakyat harus membangun kekuatan sendiri dengan organisasi rakyat yang mandiri karena penuntasan kasus korupsi tidak bisa disandarkan pada elit-elit politik yang hari ini ada di kekuasaan karena watak mereka juga sama-sama korup. Orasi juga disampaikan oleh Sarinah, Juru Bicara Komite Politik Rakyat Miskin-Partai Rakyat Demokratik (KPRM-PRD) Sulteng yang menyatakan bahwa sosialisme adalah satu-satunya jalan bagi rakyat untuk membangun masyarakat yang bersih dan bebas korupsi.
“Rakyat yang sudah tidak percaya lagi dengan kebohongan elit-elit politik harus menyatakan diri dalam organisasi-organisasi rakyat yang non kooptasi dan non kooperasi. Di organisasi inilah rakyat akan terdidik untuk memperjuangkan tuntutannya sendiri dan lalu bagaimana berkuasa untuk menggantikan pemerintahan borjuis dengan pemerintahan rakyat miskin. Hanya pemerintahan rakyat miskin yang akan mampu mewujudkan program-program sosialis seperti pendidikan dan kesehatan gratis, pekerjaan dan perumahan massal, air bersih, pengadaan listrik, dan perbaikan kerusakan lingkungan yang akan dibiayai dari pemutihan utang, nasionalisasi dan pembangunan industri nasional serta penyitaan harta para koruptor. Dan ini bukan hal yang tidak mungkin karena negara-negara Amerika Latin seperti Kuba dan Venezuela yang telah menggulingkan rezim antek neoliberal di negerinya, sekarang mewujudkan program-program sosialis untuk rakyat,” tandasnya.
Aksi ini sempat diwarnai saling dorong antara polisi dan massa aksi karena salah seorang anggota polisi merampas poster SBY yang akan dibakar oleh massa aksi. Selain FPRM, ada juga aksi yang dilakukan oleh sekitar 500an massa BEM Untad selama 30 menit, lalu pulang serta aksi dari KUAK yang menolak FPRM untuk menggabungkan diri.(Rn)
Komentar
Posting Komentar