Langsung ke konten utama

Walhi: Palu Akan Krisis Air Bersih


Indikasi Palu akan krisis air bisa dilihat dari pertumbuhan bisnis hotel yang pesat. Ditambah lagi dengan adanya rencana pembangunan Palu Bay Park yang akan mereklamasi teluk Palu. Pemegang Proyek pembangunan PBP, PT Palu Property Sejahtera, anak perusahaan daerah (Perusda) kota Palu tengah menyiapkan acuan Amdal agar reklamasi teluk Palu dapat segera dilaksanakan pada tahun 2012.

Palu Bay Park direncanakan menjadi pusat bisnis dan wisata kota Palu yang berisikan hotel bintang lima, pusat perbelanjaan, kondominium dan fasilitas lainnya. pembangunan PBP merupakan bagian dari program percepatan kawasan ekonomi khusus (KEK) Suteng yang dipusatkan di Palu.

Reklamasi ini mendapatkan kecaman dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), sejumlah ormas dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Alasannya, Palu Bay Park akan menghancurkan daerah tangkapan nelayan, berpotensi menghasilkan limbah yang besar dan menghabiskan cadangan air bersih kota Palu. “Sebagai gambaran saja, satu hotel berbintang lima dapat menghabiskan 5000 liter air per hari. Contohnya, Bali terancam krisis air dalam tiga tahun mendatang karena banyaknya hotel bintang lima di sana,” terang Direktur Walhi Sulteng, Wilinialita Selviani, pada Jumat (9/12).

Dia juga menambahkan, penambangan Poboya sudah sangat membebani pemakaian air dan menghasilkan pencemaran logam berat berupa Merkuri dan Sianida. Sementara, instalasi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) hanya ada di Poboya saja.

Pro Kontra Reklamasi
Reklamasi direncanakan akan menimbun teluk Palu seluas 40 hektare. Rencana ini sudah mendapatkan dukungan dari belasan kerukunan nelayan di sekitar teluk Palu karena pemerintah menjanjikan tidak akan menggusur mereka.

Menurut Walhi, justru nelayan yang akan menjadi korban jika teluk direklamasi karena habitat ikan akan mati. Nelayan akan semakin jauh berlayar untuk mendapatkan ikan.

Upaya penolakan reklamasi Teluk Palu dilakukan Walhi dan timnya dengan menggalang dukungan publik melalui Petisi. “Seharusnya teluk Palu dikelola secara adil dan berkelanjutan. Jangan karena hanya ingin mengejar target PAD (Pendapatan Asli Daerah), maka pemerintah kota menjual konsep front water city, seperti Singapura,” ujar Lita.

Pemerintah kota Palu memang tengah giat melakukan revitalisasi teluk Palu, misalnya dengan membangun taman kota di pantai Talise. Penanaman bakau juga adalah program pemerintah demi kelestarian lingkungan. Namun, lagi-lagi, konsep pembangunan selalu bersifat ekonomis. Pun sebenarnya bukan hanya ekonomi yang butuh perhatian, lingkungan juga. Pantai Talise yang menjadi bagian dari Teluk Palu, sekarang bukan lagi pantai seperti sepuluh tahun lalu yang bisa direnangi warga. Laut kebanggaan kota Palu ini digenangi sampah buangan dari hotel dan rumah makan yang terdapat di sepanjang pantai Taman Ria dan Talise.


Palu, Arsip 2011
Ditulis untuk Majalah Silo Edisi 43, Yayasan Merah Putih Palu, dimuat kembali di blog ini untuk tujuan pendidikan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengorbanan Terbaik Manusia Indonesia*

Oleh: Sherr Rinn “Orang yang paling bahagia adalah mereka yang memberikan kebahagiaan terbesar kepada orang lain.” (Status Facebook Sondang Hutagalung, 19 September 2011) “Untuk memberikan cahaya terang kepada orang lain kita jangan takut untuk terbakar. Dan bagi mereka yang terlambat biarlah Sejarah yang menghukum-nya.” (Sondang Hutagalung)

FPRM Sulteng Serukan Lawan Korupsi dengan Membangun Gerakan Rakyat Mandiri

FPRM News – Puluhan massa Front Politik Rakyat Miskin (FPRM) Sulteng melakukan aksi peringatan hari Anti Korupsi se-dunia di depan gedung DPRD Sulteng pada hari Rabu (09/12) lalu. Massa aksi menuntut penuntasan semua kasus di Indonesia secara transparan dan partisipatif. Menurut mereka rezim SBY-Budiono dan elit-elit politik di parlemen maupun di yudikatif tidak mampu menutaskan kasus korupsi yang terjadi karena lemahnya tenaga produktif dan tingginya budaya konsumerisme.

Sering Dituduh Pencuri Bisa Dapat Penghargaan

Subuh, gelap, belum ada cahaya matahari yang menghalau ketenaran bintang-bintang di langit. Sebagian besar orang masih meringkuk di tempat tidur. Sementara itu, orang-orang yang taat ibadah berlomba memenuhi panggilan masjid untuk shalat. Pria bertubuh sedang, berkulit cokelat ini  juga sudah bangun, bahkan pada jam 5 sepagi itu, ia sudah siap bergegas meninggalkan rumah. Rumah kontrakan berdinding papan beratapkan rumbia. Kisah ini bukan kisah seorang tani di desa. Ia hidup di kota Palu, bertempat tinggal di jalan Nenas.