Langsung ke konten utama

Tak Bisa Tidur

Kantuk tak kunjung tiba
walau badan sudah mengiba
jiwa tenang mendendangkan sunyi
sesekali meronta-ronta berkecamuk minta dikasihani.

Ugh, habis lah kau,
kurajamkan amarah pada kesedihan,
lalu melembut lagi pada dengan ketakjiman.
Kebahagiaan dan kesedihan, sini kupeluk kau,
dengan mataku yang berkilat-kilat sendu.


Bolehlah kau mencederai hatiku,
dengan luka sulit sembuh,
menggerus jiwa raga,
tatkala kau lepaskan aku dari tempat sangat tinggi
jatuh menghempas bumi,
remuk hancur berkeping-berkeping.

Bolehlah, bahkan bila kau mau coba-coba (lagi).
Meski kau tahu itu pedih perih,
menusuk-nusuk.
Ya, tidak apa-apa,
karena aku bisa bangkit lagi,
lebih kuat pasti,
mungkin juga tidak,
tak apa-apa.
Tapi tak ada yang bisa menghentikan kemauan intelektualku untuk bebas.

Lero Tatari, 30 Agustus 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengorbanan Terbaik Manusia Indonesia*

Oleh: Sherr Rinn “Orang yang paling bahagia adalah mereka yang memberikan kebahagiaan terbesar kepada orang lain.” (Status Facebook Sondang Hutagalung, 19 September 2011) “Untuk memberikan cahaya terang kepada orang lain kita jangan takut untuk terbakar. Dan bagi mereka yang terlambat biarlah Sejarah yang menghukum-nya.” (Sondang Hutagalung)

FPRM Sulteng Serukan Lawan Korupsi dengan Membangun Gerakan Rakyat Mandiri

FPRM News – Puluhan massa Front Politik Rakyat Miskin (FPRM) Sulteng melakukan aksi peringatan hari Anti Korupsi se-dunia di depan gedung DPRD Sulteng pada hari Rabu (09/12) lalu. Massa aksi menuntut penuntasan semua kasus di Indonesia secara transparan dan partisipatif. Menurut mereka rezim SBY-Budiono dan elit-elit politik di parlemen maupun di yudikatif tidak mampu menutaskan kasus korupsi yang terjadi karena lemahnya tenaga produktif dan tingginya budaya konsumerisme.

Sering Dituduh Pencuri Bisa Dapat Penghargaan

Subuh, gelap, belum ada cahaya matahari yang menghalau ketenaran bintang-bintang di langit. Sebagian besar orang masih meringkuk di tempat tidur. Sementara itu, orang-orang yang taat ibadah berlomba memenuhi panggilan masjid untuk shalat. Pria bertubuh sedang, berkulit cokelat ini  juga sudah bangun, bahkan pada jam 5 sepagi itu, ia sudah siap bergegas meninggalkan rumah. Rumah kontrakan berdinding papan beratapkan rumbia. Kisah ini bukan kisah seorang tani di desa. Ia hidup di kota Palu, bertempat tinggal di jalan Nenas.